Entri Populer

Jumat, 03 Januari 2014

Banjir darah di Goa Wilekan -Yang takut darah jangan baca-

   Siang itu Pak Marta dan anak perempuannya ang masih berusia 7 tahun melintas ke hutan. Tujuan mereka bukan lain untuk menyambangi Goa Wilekan yang konon dipakai untuk memuja pesugihan Blorong atau manusia ular.
   Mereka melihat sebuah sungai yang mengalir dengan deras dan terlihatlah berbagai macam bunga bertaburan hanyut di sungai itu! Bau bunganya yang harum sekaligus menggidikkan tak menyurutkan ambisi Pak Marta.
   "Dimana letak goa itu, ayah?" Tanya anak perempuannya sambil memandang ngeri ke sungai.
   "Di ujung sungai ini, sebentar lagi kok. Mau bapak gendong?" Tanya Pak Marta pada anaknya.
   "Mau jalan saja." Jawab anaknya.
   Mereka menyusuri tepian sungai. Tercium bau kemenyan dari seberang sungai. Dilihatnya sebuah jembatan kecil untuk menyebrangi sungai.
   Pak Marta menuntun anaknya menaiki jembatan. Mereka pun akhirnya sampai di seberang sungai. Pak Marta menghela napas, matanya menatap ke sebuah goa yang halamannya penuh oleh bunga berbau aneh.
   Pak Marta dengan perlahan masuk ke goa dan berkata "Mbah Wilekan, ini saya datang membawa tulang gagak.."
  Tak lama setelah Pak Marta berkata, terdengar suara berdehem beberapa kali dan kalimat terpatah-patah "Lengkap sudah sesajenmu,, kau harus pergi ke sebuah tempat bernama Gindeng dengan membawa lima jari tangan anakmu, maka kau akan melihat jari tangan itu menjadi sebuah batu. Batu itu akan mengeluarkan koin emas tanpa batas!"
   "Dimanakah Gindeng itu, mbah?"
   "Kau cari sendiri! Aku beri satu petunjuk. Disana ada sebuah gedung yang terbuat dari perak seluruhnya."
   "Baiklah. Kapan saya harus membawa jari anak saya?"
   "Bunuh sekarang dan jangan sampai dia berteriak!"
   Terdengar suara golok keluar dari sarungnya dan tak lama setelah itu terdengar ambruknya benda.
   "Bawa lima jari tangan kiri. Sesudah itu pergi dari sini!"
  Pak Marta pun keluar dari dalam goa yang gelap itu sendirian, anaknya tak keluar.
  "Setan! Bawa turunan busukmu!" Maki suara dari dalam.
  Pak Marta masuk ke dalam goa dan keluar lagi membawa sosok tubuh anaknya yang kepalanya sudah terlepas dengan darah dimana-mana.
   Hati Pak Marta sudah terkuasai oleh iblis sehingga dia dengan teganya membunuh anaknya hanya untuk harta.
   Tiba-tiba hatinya terketuk, cahaya kebenaran masuk ke dalam hatinya yang gelap, seperti gelapnya Goa Wilekan.
   "Keparat! Hiks... kenapa aku tega membunuh anakku!!!??" Pak Marta tubuhnya ambruk ke tanah. Dia memandang tubuh anaknya yang telah jadi mayat.
  Tubuh Pak Marta berputar ke arah goa dan berlari ke dalam sana. Terdengar teriakan dan sumpah serapahnya.
   Lalu tak lama terdengar jeritan kesakitan sekaligus jeritan terakhir Mbah Wilekan dan berhamburnya darah orang tua itu.
   "Dasar ibliissss!!" Maki Pak Marta sambil mencincang tubuh Mbah Wilekan dengan goloknya.
   Terdengar suara dari langit  "Ayah,, mengapa ayah tega membunuhku? Apakah ayah tak sayang lagi pada aku? Jika ayah tak sayang,, jangan buat aku dulu.."
  Jeritan Pak Marta terdengar  "Anakku sayang!! Aku ingin mengikutimu sebagai balasanku!!"
  Terdengar suara jeritan dan ambruknya tubuh Pak Marta.

TAMAT
bila ingin copas sertakan sumbernya, ya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar